Topi Bambu sebagai warisan budaya masyarakat Tangerang sudah ada sejak 1860 telah ada investasi Hindia Belanda oleh Oeij Khe Thai pabriknya di Tangerang" sumber buku Topi Bambu Tangerang 1860-1939 , Adrian Falah D, hal 130" dan menjadi Lambang Pemerintahan Daerah Kab,Tangerang terdapat ikon Topi Bambu sejak 1943. Warisan budaya kerajinan tradisional Topi Bambu memiliki motif mimitian atau mahkota topi berbentuk spiral menyerupai lingkaran (Ideran). Nilai seni pada topi Tangerang ini terletak pada permukaan mimitian yang seluruhnya tertutup.
Pabrik Topi Bambu Bumi PuteraTopi Bambu dengan topi
bambu dari wilayah lain. Keunikan proses pembuatan Topi Bambu ini sangat halus dengan ketebalan iratan lembar
anyaman sekitar 0.09 mm sehelai kertas untuk membuat topi bambu membutuhkan
waktu sekitar 7 – 10 hari dengan kualitas yang sangat bagus dan halus. Banyaknya
pembuatan topi bambu di rumah rumah yang dikerjakan oleh ibu-ibu di Tangerang
yang telah dilakukan secara turun temurun hingga saat ini masih terus berjalan.
Topi Bambu memiliki hubungan erat sebagai symbol masyarakat pribumi yang
berpadu dengan alam. Kebanggaan menggunakan Topi Bambu dahulu sebagai indikator
status social tinggi (Demang atau Lurah kala itu), topi juga digunakan dalam
acara seremonial, agama dan aksesoris fasyen.
Ini yang menjadi
keprihatinan kami dalam melihat sebuah ikon yang sudah hampir 80 tahun akan
terlupakan bahkan anak pelajar SD maupun
SMP jika di tanya pada logo lambang Topi
Bambu menyembutnya sebagai gambar gunung. Sejarah mencatat di tahun 1913 -1930
Kejayaan topi bambu dari Tangerang mampu melakukan ekspor sebanyak 145 juta ke Amerika bahkan Eropa.
Dalam rangka pelestarian
budaya kerajinan tradisional Topi Bambu dari jaman kolonial hingga saat ini
masih ada kami pun melakukan berbagai upaya agar Kerajinan tradisional Topi
Bambu tidak punah dengan membuat konekting /Kreatif Hub dengan 30 Desa, 500
Perajin Topi Bambu, membentuk 10 Sentra Perajin hingga telah menghasilkan sekitar 100 model Produk inovatif
dan kreatif (Produk Proaktif) yang kami lakukan dalam upaya menjaga
keberadaan kerajinan Tradisional Topi Bambu tidak punah.
Banyak tantangan dan
kendala dalam proses agar Kerajinan
Tradisonal Topi Bambu tetap ada hingga dapat diminati dunia fasyen oleh tamu dari luar negeri datang ke Tangerang
sejak 2011-2019 untuk melakukan
pembelian dan Kerjasama seperti Belanda, Jepang, Hongkong hingga Dubai.
Melalui Konsep 3 IDE dan Regenerasi atau
( IDE+R) hingga saat ini kami masih tetap menjalankannya.
Konsep 3 IDE
(Inovatif,Digitalisasi, Ekspansi) dan Regenerasi terus kami lakukan selama 12 tahun berjalan
ini hingga kami membuat terobosan Topi Bambu menjadi sebuah produk inovatif “
Peci Bambu” di pakai Bapak Wakil Presiden RI dan Perdana
Menteri Sarawak Malaysia, hingga “Topi Bambu” di pakai oleh Ibu Iriana
(Ibu Presiden RI) dan Ibu Wakil Presiden saat ke Tangerang. Digitalisasi dengan
adanya website topibambu.com dan Warungkerajinan.com proses informasi
dan edukasi terus tercatat, hingga kami tampil di berbagai stasiun TV dan Media
Cetak dalam upaya ekspansi. Melalui Kegiatan workshop (Sekolah Bambu Nusantara),
Pembuatan buku sebagai upaya pelestarian muatan lokal Tangerang yang
memiliki sejarah, Inovasi Kerajinan tradisional
Topi Bambu menjadi sebuah produk Peci Bambu, Helm Anyaman Bambu, Tas Bambu ,
Travel Bag Bambu hingga tumbler motif mahkota bambu semua produk dibuat
yang memiliki ciri khas anyaman seni mimitian Topi Bambu.
Untuk mengedepankan
kearifan lokal, mewujudkan eksistensi dan kemanfaatan warisan budaya kerajinan
tradisional Topi Bambu ini kami membuat
pagelaran seni budaya melalui Festival Topi Bambu (2021) hingga di
resmikan oleh Kementerian Parawisata dan eknomi Kraatif (Kemenparekraf) di
terminal T3 Bandara Soekarno Hatta, Pembuatan Museum Topi Bambu ICHE
sebagai saran wisata edukasi bagi pelajar, mahasiswa hingga masyarakat dan
melakukan Workshop dan pemberdayaan ekonomi kreatif dari Sabang hingga
Papua bahkan sampai ke Sarawak Kuching Malaysia, Malaca city Malaysia dan Singapore